Penyelidikan Piring Terbang Melalui Mistik
oleh: Mpu Wesi Geni
Yang pertama-tama tentu timbul pertanyaan: Apakah pantas penyelidikan tentang piring terbang dilakukan dengan cara mistik? Adakah gunanya mempergunakan cara yang tidak selogis ilmu pengetahuan untuk menyelidiki UFO yang menghebohkan sejak ribuan tahun yang lalu itu? Dapatkah apa yang dibentangkan berita-berita yang dijangkau alam mistik melengkapi penyelidikan ilmiah teknologi dewasa ini? Buku-buku sejarah resmi yang diajarkan di sekolah dan di perguruan tinggi, tidak memuat hal-hal mistik yang pernah terjadi pada diri pahlawan negara manapun. Karena buku sejarah yang diajarkan di sekolah-sekolah harus bersifat logis.
Sungguhpun kejadian-kejadian mistik tidak dapat dibantah dan sering terjadi pada diri beberapa orang atau kelompok orang yang sedang berjuang membela kemerdaekaan bangsanya. buktinya di dalam sejarah-sejarah perjuangan, sering terdengar ada yang kebal, tak mempan oleh senjata yang terbuat dari logam. Apakah itu akan dibantah oleh tehnologi modern? Apakah juga akan dibantah oleh sejarah-sejarah resmi? Apakah kesenian Aceh bernama DABUS yang memperlihatkan kekebalan manusia kepada senjata terbuat dari logam, dan kesenian lain seperti itu yang telah berumur ribuan tahun, dapat dibantah secara tehnologi modern?
Salah seorang ilmuwan yang rendah hati pernah mengungkapkan penyelidikan dengan jalan lain itu sebagai berikut: “Maafkan aku jika pada suatu ketika aku menangguk ilmu dari alam mistik yang ada pada diriku. Alam mistik bukanlah alam akal, bukanlah alam ilmiah, tetapi tidak pula berarti alam khayal. Kadang-kadang mistik itu setaraf dengan ilham atau setaraf dengan ilmu murni, jika dapat diberikan argumentasinya.” Demikian ucapan Prof. Dr. Hazairin SH almarhum dalam suatu tulisannya mengenai Ilmu Jagat Raya dalam bukunya Ajjamui Qur’an.
Ucapan tersebut hampir tidak berbeda dengan pendapat Einstein: “Sebahagian besar ilmu pengetahuan itu adalah kesan-kesan dari alam sekeliling yang dihayati oleh indera manusia, yang kemudian dicernakan oleh akal pikiran. Tetapi ada lagi ilmu pengetahuan yang datang dengan jalan lain. Yaitu langsung dari suatu petunjuk tertentu.”
Sebagai misal yang tak dapat dibantah:
a. Banyak orang yang sakit keras
memperoleh petunjuk obat dari dalam mimpi.
b. Banyak pula yang karena
keputus-asaan hidupnya, bersunyi diri dengan suatu cara tersendiri untuk
memperoleh petunjuk yang datang dengan jalan berbagai rupa guna mengatasi
keputus-asaan itu.
c. Ada lagi dengan menempuh suatu cara peribadatan dalam
agama, yang dianutnya ataupun melakukan jalan lain untuk memperoleh petunjuk
Tuhan, akan memperoleh suatu jalan keluar dari kesulitan.
Dalam buku “Menyingkap Rahasia Piring Terbang” oleh J. Salatun, disinggung bahagian khusus mengenai tanggapan paranormal yang diterimanya dari Agusnain. Agusnain tidak menjawab segala pertanyaan dengan secara langsung. Tetapi ia terlebih dahulu membuat suatu hubungn dengan sinar alam malakut yang memenuhi jagat raya. Malahan dalam salah satu pertanyaan Agusnain menyatakan belum masanya menjawab, karena jawaban yang diperolehnya dari alam malakut itu belum jelas.
Antara lain jawaban Agusnain:
a. Piring Terbang itu memang ada. Dan
merupakan buatan makhluk dari alam yang ada di jagat raya.
b. Ketika
ditanyakan dari mana asal makhluk piring terbang itu, Agusnain mengatakan belum
boleh dijawab oleh Yang Maha Kuasa.
Tetapi beberapa hari kemudian, ia mengatakan bahwa piring terbang itu datangnya dari salah satu tatasurya yang berada dalam Galaxy bumi ini sendiri. Dan menurut Agusnain bintang asal dari makhluk piring terbang itu mempunyai beberapa nama dari ilmu Astronomi: Antara lain YC 5473, dengan arti Yale Catalogue. Bintang YC 5473 mempunyai spektrum dari golongan A5, yang berarti suhunya lebih tinggi (yaitu 11.000 derajat Celcius) dari matahari kita (5.000 derajat Celcius).
Jauh bintang itu dari tata surya kita adalah 203,7 tahun cahaya. Demikian antara lain jawaban Agusnain sebagai seorang paranormal. Yang melaukan suatu cara tertentu, untuk melepaskan kekuatan rohaniahnya ke jagat raya, dan menemukan jawaban yang sesuai dengan keizinan Yang Maha Kuasa.
c. Seterusnya Agusnain menjawab, planet piring terbang mempunyai matahari sendiri. Planitnya lebih kecil dari bumi ini. Dan matahari mereka juga tampak lebih kecil. Warna langit di sana kehitam-hitaman agak lembayung.Bentuk awan tak ada yang bergumpal-gumpal. Hanya ada garis-garis tipis seperti serat-serat. Anehnya, walau siang hari bintang-bintang kelihatan dengan jelas. Tak ada lautan, hanya danau-danau dan sungai kecil. Hujan, sedikit.
d. Tentang makhluk piring terbang, Agusnain mengatakan mereka jangkung (10' = 3 meter). Berlengan panjang hampir sampai ke lutut. Tangan mereka juga mempunyai lima buah jari. Perawakannya agak serba kurus. Agusnain “melihat” suatu dump yang terdiri dari tumpukan piring terbang yang sudah dibuang.
Tulisan ini timbul bukan karena kelatahan demam piring terbang yang pada saat ini melanda seluruh dunia. Tetapi merupakan hasil penyelidikan penulis selama 12 tahun lebih. Dari mencoba gerakan cakram aluminium yang digasingkan dengan tali. Sampai kepada menimbang bobot cakram itu sendiri dalam keadaan bergasing. Kemudian memikirkan, bagaimana menimbulkan sumber listrik yang maha kuat untuk menggasingkan cakram itu dari dalam bangun bentuk pesawat piring terbang mini. Dan untuk itu penulis juga berdialog dengan beberapa ahli elektro dan mesin. Yang terakhir, penulis juga pernah mengunjungi LIPI bahagian Physika di Bangdung, juga ke ITB Bandung. Selain berdialog dengan J. Salatun sendiri di LAPAN Jl. Pemuda persil I Jakarta. Untuk melatar belakangi tulisan ini, sebagai suatu tulisan manusia berakal sehat yang sederhana, penulis telah menulis ratusan judul tulisan misteri di majalah-majalah terkenal di Jakarta. Dan menulis alam makrokosmos dan piring terbang di beberapa majalah dengan cara beberapa kali sambung. Dan sebahagian dari tulisan itu telah dibukukan oleh beberapa penerbit.
Adakalanya terdapat ruang kejenuhan untuk melanjutkan penyelidikan. Terlebih lagi, karena penulis bukanlah mempunyai laboratorium teknologi yang dapat dijadikan tempat riset. Dan penulis sendiri, ketika itu masih tinggal di Medan (Sumatera Utara).
Oleh karena itulah penulis terkadang berusaha juga mencari jalan lain yang dapat menambah pengetahuan tentang data-data piring terbang. Seperti setiap orang yang merasakan kegagalan, akhirnya lari kepada salah satu jalan lain untuk akhirnya lari kepada salah satu jalan lain untuk meminta tuntunan meneruskan kegagalan itu. Penulis juga pernah berusaha berbuat seperti Agusnain sebagai paranormal. Tetapi dengan cara yang berlainan. Sungguhpun arahnya juga merupakan penyelidikan secara mistik terhadap kegiatan piring terbang. Penyelidikan ini bukan pula karena adanya pengaruh dari luar, atau dibiayai oleh pihak tertentu, tetapi oleh karena kesadaran sendiri sebagai makhluk Tuhan yang ingin menambah ilmu tentang makhluk-makhlukNya yang bertebar di seluruh bumi dan langit.
Sehingga berapa besar tenaga pikiran dan waktu, tidak diperhitungkan lagi. Seolah-olah rumit dan peliknya penyelidikan itu sudah menjadi racun yang membawa nikmat.
Pada tahun 1970 saya berkenalan dengan seorang laki-laki yang bernama Gerard Umar Sitompul, tinggal di Jalan Sriwijaya, Medan. Perkenalan yang sangat menarik, karena beliau termasuk salah seorang ahli metaphisis yang sesuai dengan kegairahan saya untuk mengenalnya lebih dekat. Antara kami terdapat beberapa kecanduan tentang alam mistik, sehingga apabila kami berbicara, legih syahdu dari pada sepasang laki-laki dan perempuan yang sedang dimabuk cinta. Yang mungkin sampai membuat para isteri kami menjadi cemburu kepada keasyikan percakapan yang menyita sebahagian besar waktu kehidupan alam nyata. Bahkan menyita waktu yang seharusnya dipergunakan untuk meningkatkan kesempurnaan rumah tangga.
Saya juga mengetahui Gerard Umar Sitompul mempunyai seperti keris zaman kuno, yang masing-masing mempunyai nama-nama tertentu dengan kodrat tertentu. Di tengah rumah terdapat sebuah stoples kaca yang berisi tujuh jeruk purut bercampur adukan air tertentu. Air itu bagai mendidih sebagai tanda ada sesuatu yang akan datang.
Gerard Umar Sitompul mengatakan kepada saya, ia pernah mendengar ada orang tua hebat tinggal di Tg. Morawa. Dia mengatakan juga bahwa rumah orang tua itu sering dikunjungi orang-orang yang penting untuk memperoleh sesuatu secara gaib. Dan Gerard Umar Sitompul menyatakan juga kepada saya, bahwa ia ingin mengunjungi orang tua itu bersama dengan saya, Orang tua itu bernama Datuk Tuah, tinggal di Tg. Morawa Kanan.
Pada suatu hari Kamis sore aku berangkat bersama Gerard Umar sitompul membawa 21 batang lilin panjang, tiga bungkus rokok tanpa filter dan kemenyan putih.
Di sekeliling ruangan menyala 21 batang liling yang kami bawa tadi. Datuk Tuah mulai membereskan sebuah bangku panjang, dan mengalasnya dengan sebuah permadani yang bagus warnanya. Kemudian menaburkan kemenyan di atas bara dupa. Ia pergi sesaat ke kamar tersendiri untuk melakukan ibadat.
Kemudian keluar membawa sebuah Al Qur’an. Kemudian Dt. Tuah memiringkan kepalanya ke arah bangku panjang, bagai mendengar ucapan gaib yang tidak terdengar oleh kami berdua. Hanya terdengar ucapan Dt. Tuah sendiri, antara lain,”Alaikum salam... dan terima kasih atas kedatangan Nenek Baju Berenda dan Bergelang kaki, bersama dengan seluruh pengiring yang tujuh orang. “Kemudian, janganlah nenek kesal karena himbauan ini. Karena bertahun-tahun yang lalu hamba malah menolak pekerjaan ini. Terutama karena hamba menganggap akan mengganggu kepada cara hamba mencari rezeki. Tetapi karena nenek katakan, bahwa pekerjaan seperti ini juga termasuk ibadat menolong sesama manusia, makanya hamba lakukan juga. Hanya permintaan hamba, janganlah nenek memberikan jawaban dari pertanyaan yang tak terjawab. Lebih baiklah nenek katakan saja tak mengetahuinya. Janganlah nenek terlibat dengan kata dusta, karena hamba yang nyata di mata orang banyak yang akan merasakan malunya. Sedangkan nenek dapat menghindar karena tak nampak oleh mata kasar manusia.”
Demikianlah antara lain ucapan Dt. Tuah kepada Nenek Baju Berenda dan Bergelang kaki. Sejenak kami berhenti, karena waktu telah masuk magrib. Dt. Tuah menerangkan bahwa si Nenek sedang pergi ke belakang melakukan ibadat, dan meninggalkan pesalinan yang dipakainya di atas tempat ia duduk. Sungguhpun segalanya tidak terlihat oleh kami, peristiwa gaib itu bagai benar-benar sedang terjadi di dalam rumah. Terasa sekali bukan kami bertiga saja berada di dalam ruangan itu. Setelah lewat magrib barulah hubungan dengan Nenek Baju berenda diteruskan. Kelihatan Dt. Tuah sangat hati-hati menyimak suara dari arah bangku berlapis permadani lebar. Sejenak Dt. Tuah mengangguk-angguk kecil bagai memahami sesuatu yang tidak terdengar oleh saya dan Gerard Umar Sitompul.
Setiap selesai mendengar ia berpaling kepada kami dan berkata,”Nenek mengatakan bahwa anak yang berperawakan kecil, sebagai orang berketopong besi. Sampai beberapakali saya bertanya kepada nenek, takut dugaan nenek salah bunyinya. Karena anak datang kemari tidak memakai apapun di atas kepala, “ ujar Dt. Tuah. Sedangkan kami berdua jadi berpandangan mendengar ucapan nenek baju berenda yang menggelari diriku sebagai orang berketopong besi tembaga. Kemudian Dt. Tuah bagai mendengarkan lagi ucapan nenek baju berenda dengan penuh perhatian dengan kesopanan gerak gerik, yang kemudian diiringkan Dt. Tuah dengan ucapan perlahan,” Apakah tidak salah yang nenek katakan....... Karena hampir tak ada hubungan apapun antara anak yang berperawakan kecil ini dengan apa yang nenek tuduhkan kepadanya. Jadi...... harus hamba katakan juga? Tidakkah terdapat dusta didalamnya? Atau sekedar menyenangkan perasaan hati anak-anak yang datang ini? Tersentak sesaat Dt. Tuah bagai menerima kepastian kata yang keras. Kemudian Dt. Tuah mengangguk dan berkata,”Baiklah kalau begitu, akan hamba katakan juga, karena hamba hanya meneruskan apa yang nenek tinjau ditengah alam gaib”.
Dt. Tuah memalingkan mukanya kearahku dan matanya bagai menebak-nebak bagaimana penerimaanku terhadap ucapan yang akan disampaikannya,” Apakah anak sedang memikirkan sejenis kendaraan besi?” Pertanyaan itu segera mengejutkan aku. Gerard Umar Sitompul juga terperangah karena tebakan yang begitu tepat dari nenek baju berenda kepada diriku. Saya termangu sesaat. Kemudian menjawab, bahwa saya hanya pernah dan sampai saat ini masih memikirkan tentang piring terbang. Kembali Dt. Tuah menyampaikan saya kepada nenek baju berenda. Yang kemudian dikembalikan pula oleh nenek itu dengan perkataan,” Yang anak pikirkan adalah sejenis pesawat terbuat dari besi dan tembaga”. Gerard Umar Sitompul tiba-tiba menyambung pertanyaan dengan tenangnya,” Bagaimana ada pesawat yang terbuat dari ‘besi’ dan ‘tembaga’ akan dapat terbang? Sedangkan pesawat terbang sekarang yang terbuat dari aluminium ringan saja, menemui banyak kesulitan untuk mencapai kecepatan”. Perkataan Gerard Umar Sitompul yang menyudutkan itu diteruskan oleh Dt. Tuah kepada nenek baju berenda. Sesaat pula lamanya Dt. Tuah menyimak jawaban halus yang sampai ke telinga batinnya. Kemudian Dt. Tuah terlebih dahulu menyampaikan bahwa nenek baju berenda sedang pergi kebelakang rumah mensucikan diri, karena soal jawab ini banyak menguras tenaganya untuk mencapai alam tingkat tinggi.
“Aduh, “keluh Dt. Tuah,”baru kali ini hamba kedatangan tamu yang seperti ini. Biasanya orang hanya meminta petunjuk tentang barang-barang yang hilang, ataupun obat untuk tangkal penyakit. Hamba sendiri tak pernah keluar dari rumah, jangankan akan bepergian sampai ke Medan. Dan hamba sedikitpun tak mengerti apa yang anak-anak pikirkan mengenai pesawat yang hamba sendiri belum pernah melihatnya, selain dari pesawat terbang biasa yang terkadang menderu tinggi dari tempat tinggal kami ini.” Dt. Tuah kelihatan membalik-balik tujuh lembar kitab suci sebanyak tiga kali, dan memperhatikan aksara pertama dari setiap lembarnya.
“Kalau dilihat disini, didalam perkataan nenek tadi tidak terdapat dusta ataupun khayal. Tetapi seperti pertanyaan anak yang besar (maksudnya Gerard Umar sitompul) bagaimana besi dan tembaga dapat terbang, sungguh harus dipikirkan juga”. Dt. Tuah menggeleng-geleng karena takjub. Kami mendapat aba-aba, bahwa Nenek baju berenda telah duduk kembali, dengan wajah dan anggota badannya masih basah, menurut pandangan Dt. Tuah. Baiklah di bawah ini diturunkan saja soal jawab singkat dengan nenek baju berenda, agar lebih terarah kepada yang dimaksud.
Pertanyaan:”Kekuatan apakah yang menerbangkan pesawat besi tembaga itu?”
Jawab:”Dengan kekuatan yang terkandung didalam besi dan tembaga itu
sendiri”
.
Pertanyaan:”Bagaimanakah sebenarnya bentuk piring terbang
itu?”
Jawab:”Sebenarnya ada dua macam saja, yang pipih seperti piring penadah gelas kopi dan bulat panjang seperti labu”.
Tanya:”Bagaimanakah bentuk dan gerakan piring terbang itu?”
Jawab:”Ia berputar seperti gerak putaran Al-Arsyh (tapak istana kerajaan Tuhan) yang arahnya seperti gerak orang naik haji thawaf mengelilingi Ka’bah.
Dalam kesempatan sebentar kami membicarakan gerak bergasing dari pesawat piring terbang itu. Diikuti juga oleh Dt. Tuah yang kelihatannya mulai berperhatian besar terhadap soal jawab kami dengan nenek baju berenda.
Tanya:”Makhluk apakah yang mengendalikan piring terbang itu?”
Jawab:”Mereka makhluk kasar biasa. Tetapi bukan manusia yang hidup di muka bumi. Mereka dari salah satu bintang lain. Tetapi tempat mereka menetap ada di atas bumi ini”.
Tanya:”Di mana mereka tinggal berkumpul?”
Jawab:”Di bawah air”.
Akhirnya barulah Dt. Tuah mendapat penjelasan, bahwa makhluk piring terbang itu membuat tempat tinggalnya jauh di dasar laut.
Tanya:”Laut di arah mana?”
Jawab:”Arah Maghrib.......yang terdalam, yang ada jurang di dasarnya”.
Sayangnya ketika soal jawab ini terjadi, tidak ada atlas dunia yang dapat disodorkan kepada Dt. Tuah, agar ia dapat menerima penjelasan yang pasti dari Nenek Baju berenda. Dan ketika soal jawab ini terjadi, saya sendiri belum mengetahui legenda tentang segitiga Bermuda. Hanya dongeng tentang Benua Atlantis yang hilang, yang pernah saya baca dari beberapa risalah. Sekitar awal tahun 1975 ketika berada di Jakarta, barulah perihal Segitiga Bermuda itu saya dengar dan baca dari beberapa buah buku. Dan tentang pesawat satu bacaan DABUS Iqra-timah, Amri-tembaga, Hammarullah-besi, Shod-nyawamu besi. Maka karena itu menyusul pertanyaan lain kepada Nenek Baju berenda:
Tanya: “Apakah ada bahan cair lain yang digunakan Piring Terbang?”
Jawab: “Tidak ada bahan cair, hanya timah sebagai kekuatan ke tiga”.
Mendengar jawaban itu tiba-tiba pikiran saya teringat kepada soal jawab yang tertulis di dalam buku “Menyingkap Rahasia Piring Terbang” oleh J. Salatun, yang diantaranya berisi soal jawab antara J. Salatun dengan Agusnain secara paranormal. Ketika diajukan pertanyaan kepada Agusnain dari bahan apa dan bagaimana piring terbang itu dibuat, dijawab oleh Agusnain: Piring terbang itu dibuat dari suatu paduan logam yang belum dikenal dibumi, dan dibuat dengan cara mengecor. Paduan logam piring terbang itu mempunyai sifat-sifat tertentu tetapi hanya untuk suatu jangka tertentu. Sesudah jangka itu, paduan tadi kehilangan sifat-sifatnya sehingga piring terbang tidak dapat dipakai lagi dan dibuang di sebelah dunia “, itulah jawaban Agusnain.
Jawaban itu nampak hampir tidak berarti apa-apa jika dilihat sepintas lalu.
Tetapi jika dihubungkan dengan tinjauan Dt. Tuah dengan perantaraan Nenek Baju
berenda, jawaban itu bagai saling menunjang.
a. Bukan tidak mungkin salah
satu paduan itu terdiri dari besi magnit yang telah kehilangan kekuatan kutub
magnit, seperti keadaan besi magnit di dalam sebuah dinamo sepeda, atau dinamo
sebuah mobil model lama. Besi magnit yang aus itu, tidak lagi mengelarkan imbas
sekuat yang diperlukan untuk menggerakkan suatu dinamo listrik.
b. Tembaga
yang kehilangan sifatnya. Misalnya kawat tembaga yang terlalu kuat menerima
aliran listrik, akan berubah menjadi keristal tembaga, yang tidak mampu lagi
dengan sempurna mengalirkan arus listrik.
c. Timah yang kehilangan sifatnya,
hampir tak obahnya sebagai lempeng timah di dalam baterai basah. Pada baterai
tua, lempeng lempeng timah itu rusak menjadi pecahan-pecahan seperti loyang
(yang ada juga hubungannya dengan bertambahnya kadar loyang di udara, bila
piring terang baru saja meninggalkan suatu tempat dengan kecepatan tinggi).
Di dalam mengutarakan seluruh kesan teknologi di dalam tulisan ini terus terang saya akui saya sendiri tidaklah menguasai ilmu teknologi elektro yang mendetail. Kecuali sekedar sedikit pentertian sambil lalu tentang pengetahuan seperti itu. Dengan harapan, semoga ilmuwan yang lebih ahli akan menanggapi hal ini lebih mendalam melalui suatu riset di masa yang akan datang.
PERTANYAAN-PERTANYAAN berikutnya diajukan lagi kepada Nenek Baju Berenda.
Tanya: Apakah yang menarik makhluk piring terbang untuk mendatangi tempat-tempat tertentu?
Jawab: Entah dengan cara bagaimana, mereka dapat mengetahui dengan tepat daerah-daerah atau kota yang sedang mengerjakan besi besar-besaran.
Saya memang tidak menanyakan lagi, apakah kegiatan pekerjaan besi dimaksud adalah pabrik-pabrik baja dan senjata, termasuk pabrik mobil atau juga daerah-daerah pasir besi dimuka bumi. Tetapi kalau diambil satu grafik kunjungan piring terbang di seantero kota dan pedesaan. Karena piring terbang juga pernah muncul di pantai selatan Jawa (Nusakambangan), yang diabadikan oleh Ir. Hartono dengan tustel photo. Yang salah satu duplikat photo itu pernah diberikan oleh J. Salatun kepada penulis. Sedang aslinya dikirimkan ke NASA. Daerah pantai selatan Jawa, memang salah satu daerah pasir besi baja, yang pada saat ini sebagai salah satu proyek sumber biji besi, selain titanium yang terkandung didalamnya.
Ucapan:’entah dengan cara bagaimana’ yang diteruskan Dt. Tuah dari Nenek Baju Berenda itu mengingatkan penulis kepada suatu bentuk ‘radar terhadap metal’. Atau dengan perkataan lain, pesawat piring terbang mempunyai detektor yang sangat sensitif untuk mengikuti kegiatan yang ada hubungannya dngan besi di dunia. Sekaligus tercakup di dalamnya, industri senjata, kumpulan persenjataan yang terbuat dari besi, daerah pasir besi, kawasan industri dan kota-kota yang sebagai sumber listrik perindustrian. Mungkin inilah yang menjadi sebab mengapa piring terbang selalu muncul di daerah-daerah yang telah maju perindustriannya, disamping dugaan bahwa Negara-Negara terkebelakang sangat sedikit sekali mengindahkan pesawat aneh yang muncul di atmosfer mereka.
Sebahagian alasan makhluk piring terbang itu mungkin berdasarkan kecemburuan mereka karena makhluk bumi sangat berambisi untuk mencontoh pesawat mereka. Diliputi perasaan iri hati dan disaingi, mereka selalu mengintip kegiatan industri besi manusia di bumi. Malahan terkadang mereka seperti mengetahui gedung atau bangunan yang menjadi pusat pengendalian politik suatu negara di dunia. Seperti yang disebut sebagai Washington Invasion (Penyerbuan atas Washington) pada tanggal 19 dan 26 Juli 1952 pukul 22.00 penduduk Washington menyaksikan lima buah cahaya yang mengambang di atas Gedung Putih, meliputi bangunan di sekitarnya. Seminggu kemudian kejadian itu terulang kembali dengan jumlah sampai 15 buah cahaya yang bergerak sangat cepat melebihi kecepatan pesawat bumi. Sehingga ketika angkatan udara mengirimkan dua pesawat pencegat F94 untuk mengadakan penyelidikan, ternyata tidak membawa hasil. Malah ketika kedua pesawat pencegat itu akan pulang ke landasan, ke lima belas buah cahaya itu mengelilingi mereka dalam jarak tertentu, dan seperti mengantarkan atau mengawal kedua pesawat itu. akhirnya lima belas detik kemudian, cahaya-cahaya menghilang dengan kecepatan yang mengerikan.
Demikian juga yang pernah terjadi pada tahun 1978 sekitar bulan Maret. sejumlah piring terbang mengitari kaisar Jepang Hirohito, selama delapan kali. Seolah-olah mengetahui peranan Gedung Putih di Washington bagi Amerika Serikat, dan apa peranan kaisar Hirohito bagi Jepang. Bertambahlah pengetahuan kita bahwa makhluk piring terbang mempunyai cara dan kecerdasan tersendiri untuk melihat kegiatan manusia di dunia. Dua hari kemudian, kami datang kembali menemui Dt. Tuah. Karena hari itu tepat ketika malam Jumat Kliwon (Manis). Menurut Dt. Tuah pada malam seperti itu, Nenek Baju berenda lebih banyak mempunyai kekuatan menerima berita alam gaib dari pada malam-malam biasa. Dan penulis sendiri sekedar mengetahui bahwa hari Jumat adalah sebagai:
Dibentuknya Adam dari tanah
Selesainya Adam dijadikan.
Terusirnya Adam dari sorga.
Berjumpanya Adam dan Hawa dimuka bumi.
Banjir Nuh.
Tenggelamnya Firaun dijaman Musa as.
Didekatkannya roh dengan kuburnya.
Kiamatnya dunia dengan seluruh galaxinya.
Banyak lagi kejadian yang penting, yang terjadi pada hari tersebut, yang merubah permukaan bumi dan sejarah kehidupan manusia. Sekali ini Dt. Tuah meminta kepada penulis dan Gerard Usman Sitompul untuk mensucikan diri dengan air, seluruh anggota badan, sebelum soal jawab diteruskan dengan Nenek Baju berenda.
Tanya: Pernahkah nenek berusaha mendekati piring terbang itu?
Jawab: Banyak dari beberapa golongan jin dan makhluk halus lain ingin masuk ke dalamnya. Tetapi tak berhasil. (Sejenak Dt. Tuah bagai mendengar perkataan yang meragukan atau terputus-putus dari Nenek Baju berenda).
Tanya: Apakah nenek diserang mereka?
Jawab: Tidak, mereka tak pernah mengganggu makhluk lain. Hanya membuat rintangan, sekiranya mereka dalam keadaan terpaksa. Piring terbang itu sendiri, lebih panas dari kawah gunung berapi. Itulah halangan pertama dari makhluk-makhluk halus dan kasar untuk mendekatinya.
Mendengar api yang dikatakan nenek baju berenda, penulis teringat kepada kekuatan arus listrik kuat yang terpancang dari sebuah piring terbang. Tanya: Bukankah bangsa jin dijadikan dari api. Tak dapatkah mereka menyatukan diri dengan panas itu?
Jawab: Pertanyaan itu telah menggugah kekuasaan Tuhan. Tetapi biarlah nenek jawab juga sekedarnya. Dalam keadaan biasa, piring terbang tetap dapat mengeluarkan kekuatan api dengan tiba-tiba. Belum ada ijin Tuhan, agar jenis kami dapat masuk kedalamnya, sejak ribuan tahun yang lalu. Alangkah dasyatnya jarak waktu yang disebutkan Nenek Baju berenda, yang mengatakan piring terbang belum berhasil dimasuki makhluk halus bangsa jin atau roh biasa.
Yang kemudian mengingatkan penulis kepada wahyu Tuhan yang berbunyi: Dan apabila perkataan telah jatuh kepada manusia (janji Tuhan) kami keluarkan sejenis makhluk dari dalam bumi yang akan menemplak manusia, bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat kami”.
Kalau diikuti perkembangan usaha-usaha mistik dilapangan kehidupan manusia termasuk diantaranya pengobatan dari jarak jauh, atau menentukan daerah atau benda yang hilang, juga termasuk menentukan benda terpendam dengan petunjuk gaib dan mistik. Yang belum pernah didengar ialah adanya golongan makhluk halus yang berhasil memasuki dan mengerti tentang keadaan piring terbang. Belum pernah penulis mendengar penganut-penganut kebatinan atau agama yang menjalankan suatu cara mistik yang dapat mengetahui bagaimana ruangan di dalam dan peralatan piring terbang itu sesungguhnya. Jika mengenai keadaan dan planet-planet dan bulan menurut tinjauan ahli mistik, telah sering penulis jumpai.
Di dalam lembaran sobekan surat papyrus kuno yang berasal dari jaman raja Thuthmosis III (1505 - 1450) sebewlum masehi, dengan ejaan aslinya berasal dari tulisan hearatic (ejaan tulisan bangsa Mesir kuno) yang demikian jelas isi keseluruhannya, ada juga diungkapkan soal piring terbang. lembaran papyrus berukuran 20 x 18 cm lebih dikenal dengan nama Tulli Papyrus, yang diambil dari namanya Prof. Aleberto Tulli yang pernah menjabat direktur Museum Vatikan bagian peninggalan bangsa Mesir kuno. Di jaman pemerintahan Firaun Thuthmosis III sekitar tahun ke 22 (1525 SM), bulan ke tiga musim dingin (Pebruari) pukul ke enam pada hari itu (pukul 23.00) para juru tulis rumah kehidupan (seperti bentuk sekretariat negara atau perpustakaan) melihat sebuah lingkaran api bercahaya sangat terang turun dari langit. Sekalipun tidak mempunyai kepala, lingkaran itu mengeluarkan bau yang tidak sedap dari mulutnya, yang berbentuk memanjang dan melebar dan tidak mengeluarkan suara sedikitpun. mereka sangat ketakutan, sehingga hanya berbaring di tanah. Dan ketika Firaun diberitahukan tentang kejadian itu, langsung diperintahkannya untuk meyelidiki dengan memperbandingkan apa yang tertulis masa Firaun Thuthmosis III. Firaun berusaha menafsirkan semua kejadian itu. Selang beberapa hari kemudian muncul lagi nyala api yang terang dengan jumlah banyak berkilauan, mengalahkan putihnya cahaya matahari. Dibagian bawah benda itu kelihatan pancaran api yang bercahaya sangat terang. Firaun menyaksikan sendiri dari tengah-tengah para tentara yang menjaganya. kemudian benda itu meluncur semakin meninggi ke arah selatan, disusul dengan jatuhnya ikan dan burung-burung dari langit. Firaun sangat takjub menyaksikan apa yang belum terjadi selama masa pemerintahannya. Ia memerintahkan agar seluruh peristiwa itu oleh rumah kehidupan sebagai peringatan yang abadi.
Memang, menurut dugaan, kunjungan UFO sejak jaman dahulu adalah membawa tujuan untuk membantu perkembangan manusia dengan mengajarkan kepandaian yang mereka miliki. Tetapi itu baru merupakan sebuah teori dan dugaan. Sehubungan dengan teori itu kemunculan UFO ke muka bumi yang semakin kurun tahun, semakin bertambah banyak, dianggap sebagai salah satu pertanda bahwa kehidupan bumi telah semakin tua. Mereka beramai-ramai dari tempat asal mereka, datang ke atmosfir bumi. Memang diakui meledaknya bom atom I di Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945 merupakan peristiwa pertama radioaktif naik ke udara melewati atmosfer bumi. Mungkin saat itu makhluk UFO merasakan sebagian dari keseimbangan alam jagat raya mulai terganggu. Mungkin bumi sendiri di masa yang akan datang akan mengalami kegoncangan hebat yang merusak kestabilannya melalui orbitnya mengelilingi matahari. Misalnya dengan bergesernya sedikit kutub magnit bumi dalam suatu getaran kuat pada kulit bumi. Sedang kutub itu sendiri sangat bergantung dengan letak gundukan es kutub utara dan selatan. Kalau gugusan es kutub rusak, maka tekanan dan arus pada permukaaan laut juga akan berubah sekaligus mengubah keadaan musim dimuka bumi.
Pertanyaan berikutnya yang sedikit agak menjurus kepada peralatan UFO diajukan seprti dibawah ini kepada nenek baju berenda. Pertanyaan itu sengaja disusun demikian rupa sehingga tanpa sadar Nenek Baju Berenda telah menyinggung dugaan keadaan bagian dalam dari piring terbang.
Tanya: “Apakah makhluk pembawa piring terbang itu ikut juga berpusing bersama pesawat mereka?
Jawab: Tidak. Sebab mereka berada di dalam ruangan berbentuk sebuah bola besi yang amat bulat tak ikut berputar dengan bagian lainnnya.
Soal jawab ini kelihatannya memakan tenaga Dt. Tuah juga. Bintik-bintik keringat di wajahnya mulai berkilat dibawah cahaya lilin yang terpasang.
Tanya: Dimanakah letak bola besi penumpang itu?
Jawab: Pada bagian pusar piringnya.
Tanya: Apakah kelihatan dari luar?
Jawab: Seperlima bulatan pada bagian atas, dan seperlima lagi dari bulatan sebelah bawah, tampak menonjol dari keseluruhan bentuk piring.
Dari jawaban Nenek Baju Berenda ini, penulis teringat kepada soal jawab J.Salatun dengan Agusnain dengan pandangan paranormal yang mengatakan: adanya sebuah turbin yang berputar sangat cepat, yang ujung porosnya tidak menyinggung tempat duduknya. Oleh karena itu, mereka sama sekali tidak menggunakan minyak pelumas. Entah bagaimana kedua bagian itu dapat dibuat, sehingga tidak saling menyentuh. Saya tidak mengerti, tetapi demikianlah keadaannya. Itulah salah satu hasil tinjauan paranormal Agusnain. Nenek Baju Berenda, sendiri tidak menyinggung-nyinggung soal turbin yang disebut Agusnain. Ia hanya mengatakan tempat awak piring terbang itu di dalam ruangan sebuah bola besi yang terletak pada bagian pusar piring terbang. Oleh karena itu penulis menyusun pertanyaan baru.
Tanya: Apakah bola ruangan penumpang itu terletak rapat dengan rongga badan piring terbang?
Jawab: Tidak. Sekeliling bola itu mempunyai jarak tertentu dengan rongga pesawat. Entah apa gunanya.
Tanya: Tak sedikitpun bahagian yang bersinggung?
Jawab: Tidak.
Jawaban ini agak berbeda dari tinjauan para normal Agusnain. Agusnain menengatakan tentang poros turbin yang berputar cepat, sedangkan Nenek Baju Berenda mengatakan ruangan bola penumpang itu mengambang di tengah rongga piring.
Tanya: Kekuatan apakah yang membuat bola penumpang itu menjadi mengambang seperti itu? Bukankah itu berarti ada tenaga yang sama pada keliling bola membuat ia mengambang ditengah ruangan piring?
Jawab: Anak yang berketopong besi-tembaga mengetahuinya.
Penulis jadi tersentak mendengar jawaban Nenek Baju Berenda, dan Datuk Tuah memandang penulis dengan keheranan. Sedangkan Gerard Usman Sitompul mengangguk-angguk kecil seperti ada sesuatu yang dimakluminya didalam hati. Penulis sendiri cenderung untuk memegang motif: Iqra namamu timah Amri namamu tembaga, Hamarullah namamu Besi, dan Shod nyawamu besi. Sama dengan Magnit rohmu besi.
Kesimpulan penulis: Bola ruangan penumpang bisa mengambang seperti itu karena bagian luar besi bola penumpang bermuatan kutub magnit yang sama dengan rongga poros cakram. Dan setelah penulis menyatakan hal ini kepada Gerard Usman Sitompul ia juga dapat menerimanya, dengan mengingat hukum tolak.
Dan teori ini juga pernah penulis nyatakan kepada beberapa orang insinyur elektro, yang juga menerimanya sebagai logika teknologi, walaupun belum ada peralatan teknologi zaman ini yang mempergunakan cara itu. Dan penulis sendiri belum lagi menghitung secara teliti, berapa tenaga tolak menolak besi magnit sekutub pada setiap 1 cm2.
Kalau mengingat bahwa piring terbang ukuran besar diduga mempunyai garis tengah 90 m, dan bola penumpang yang terletak di bagian pusarnya berdiagonal 10 m, bayangkan betapa besarnya besi magnit yang harus digunakan untuk sebuah piring terbang! Dengan sendirinya berat bola penumpang harus pula diperhitungkan agar bola itu tetap mengambang pada rongga duduknya. Tapi bagaimana pula caranya agar penumpang tidak terikut dengan perubahan kedudukan bentuk cakram disaat ia terbang dengan segala gaya? Menurut pendapat penulis sendiri, bola penumpang itu mempunyai suatu alat pemberat dibagian bawahnya. Sehingga ia lebih mirip dengan patung campak golek, yang bagian bawahnya diberi timah pemberi pemberat. Sehingga dalam keadaan bagaimanapun, bagian yang berat itu tetap berada dibagian bawah. Kini timnul pertanyaan: Dapatkah perputaran rongga besi cakram dengan dinding bola penumpang menghasilkan arus listrik walaupun keduanya terdiri dari magnit sekutub? Jika tidak, darimana datangnya sumber listrik berkekuatan tinggi yang terpancar dari sebuah piring tebang?
Jika menurut tinjauan para normal Agusnain, turbin itu pertama-tama berfungsi sebagai stabiliteit kepada piring terbang. Dan yang kedua untuk mengatur efflux. Dari Nenek Baju Berenda penulis tidak menemukan jawaban mengenai turbin itu. Mungkin karena ia menggantinya dengan istilah bola penumpang yang terletak ditengah rongga cakram. Tetapi sekiranya memang sebagai sumber listrik, turbin elektromagnit itu sepantasnya terletak di antara kedua belahan cakram. Dan dari persaingan yang berlawanan arah akan terjadi imbas magnit yang cukup besar untuk sumber arus listrik yang kuat. Bola penompang dan rongga cakram yang mengandung magnit yang sekutub, hanya sekedar menjaga stabiliteit kedudukan bola penumpang. Teori ini mungkin dapat diterima akal. Karena beberapa saksi mengatakan melihat bagian tengah piring terbang itu kelihatan lebih kabur, daripada bagian keliling cakram yang lebih bercahaya menyilaukan.
Pandangan seperti itu dapat terjadi, jika bagian tengah (bola penumpang) piring terbang itu tidak bergasing sama sekali. Hanya kelihatan bercahaya, karena kena bias cahaya keliling cakram yang bergasing (membuat batas menjadi tidak menjadi kelihatan).
Kalau teori diatas mempunyai dasar kebenaran untuk dijadikan bahan dalam riset piring terbang, berarti sebagian dari rahasia stabiliteit ruangan penumpang dan sumber arus listriknya sudah dapat direka darimana datangnya. Tinggal lagi mengungkap bagaimana caranya mereka memperkuat sumber listrik itu, dan menghubungkannya dengan seluruh badan cakram yang pijar oleh arus listrik. Setidaknya penulis telah mencoba menyodorkan salah satu ranting kecil dari estimat teknologi yang terkandung didalam kekuatan piring terbang. Yang mungkin akan dapat digunakan untuk menyambung suatu kesimpulan lain yang selama ini terputus.
Penulis sendiri telah berhubungan dengan puluhan para medium, atau melakukan pembicaraan dibwah pengaruh hipnotys. Dan penulis juga pernah berdialog dengan roh-roh yang berada di tingkat atas, tetapi soal jawab dengan Nenek Berbaju Renda dengan perantaraan Datuk Tuah, adalah yang paling mengagumkan, sebab mempunyai argumentasi untuk dipertahankan. Penulis bertambah yakin setelah mendengar bahwa Datuk Tuah sendiri oleh salah satu kegiatan di bawah perdatam (perindustrian dan pertambangan) di zaman menteri-menteri Chairul Saleh. Datuk Tuah pernah dibawa oleh salah satu kelompok staf ke beberapa gunung didaerah Sumatera Utara dan Aceh, untuk mencari logan-logam yang ada setiap kaki pegunungan. Dan sebagian besar dari petunjuk pak Datuk Tuah tentang sumber-sumber metal yang bermacam-macam itu diterakan didalam sebuah peta khusus pertambangan di daerah Aceh dan Sumatera Utara. Tidak diketahui bagaimana pelaksanaanya, tetapi yang jelas rombongan itu pernah berjanji akan membangun rumah Datuk Tuah bila pelaksaan rencana penggalian metal-metal berharga itu telah dimulai. Yang pasti lagi, sampai Datuk Tuah meninggal dunia pada Tanggal 16 Maret 1978, ia masih berharapa agar rencana pertambangan metal-metal berharga itu terlaksana. Ketika ke Medan pada bulan Juli 1978, penulis hanya sempat melihat pusarannya di Tg. Morawa dengan istri dan lima orang anak yang ditinggalkannya. Dan kepada penulis para ahli warisnya menyerahkan dua ujud yang tidak nampak, selain beberapa wasiat yang disampaikan dengan tulisan, sebelum beliau wafat.
Sumber: Majalah Senang edisi No. 00408
Tekan tombol BACK/KEMBALI atau: Ke Halaman Utama | Ke Daftar Artikel